Renungan 5 Februari 2011

Batas Kepuasan Diri
Baca: Matius 6:9-13
Ayat Mas: Matius 6:11
Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 19-21

Suatu hari saya menonton acara perlombaan di televisi, yang rasanya
cukup langka: lomba memakan burgerburger dengan waktu tercepat. Saya
jadi bertanya-tanya, inikah cermin kehidupan manusia masa kini? Melahap
apa yang ada di depannya sebanyak mungkin, dalam waktu sesingkat
mungkin, demi mendapat hadiah sebanyak mungkin? Ah, sungguh itukah arti
hidup kita? sebanyak-banyaknya. Hadiahnya, uang dengan jumlah yang
fantastis. Usai lomba, peserta yang keluar sebagai pemenang tampak
sangat puas. Ia berhasil menghabiskan sejumlah besar

Doa yang diajarkan Yesus justru mengarahkan hal yang sebaliknya,
"berikanlah … yang secukupnya," kata-Nya. Dia mengajar kita untuk tidak
serakah. Secukupnya saja, sesuai kebutuhan kita, sebab Tuhan memelihara
kita hari demi hari. Keserakahan hanya membuat orang sulit bersyukur,
sebab harapannya selalu tertuju pada hal yang lebih besar. Itu sebabnya
orang serakah tidak pernah tenang hatinya. Selalu tidak puas, tenggelam
dalam ambisinya sendiri. Tuhan sangat tidak berkenan pada keserakahan.
Dia mengajar kita untuk berjalan setiap hari bersama-Nya, dengan
kecukupan dari-Nya. Bahkan jika ada kelimpahan, Dia meminta kita
berbagi, sebab masih banyak orang yang membutuhkan.

Sifat serakah harus diwaspadai, sebab ia bisa menjangkiti siapa saja.
Keserakahan akan menyingkirkan nilai-nilai kasih dan kepedulian kita
pada kepentingan dan kebutuhan sesama. Sebab, keserakahan membuat kita
selalu menginginkan lebih, bahkan saat kita sudah cukup memiliki segala
sesuatu—kuasa, materi, dan sebagainya.

KETIKA SYUKUR MENGUASAI HATI

SESUNGGUHNYA HIDUP KITA TELAH TUHAN CUKUPI

Penulis: Helen Aramada Setyoputri

Tidak ada komentar: