Renungan 28 Januari 2011

Makam Terbuka
Baca: Pengkhotbah 11:9-12:8
Ayat Mas: Pengkhotbah 12:1,7
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 32-34

Eugene Peterson, pendeta dan penerjemah Alkitab, menceritakan
pengalamannya berkunjung ke biara Benediktin Kristus di Gurun. Ketika
hendak makan siang, mereka melewati kompleks pemakaman. Anehnya, di situ
ada satu makam yang terbuka. Eugene menanyakan siapa anggota biara yang
baru saja meninggal. "Tidak ada," jawab orang yang mengantarnya. "Makam
itu disiapkan untuk siapa saja yang meninggal berikutnya." Begitulah,
tiga kali sehari, setiap kali mereka berjalan menuju ruang makan,
anggota biara itu diingatkan akan perkara yang lebih sering kita
tepiskan: kematian. Salah satu dari mereka mungkin akan menjadi yang
berikutnya.

Budaya dunia cenderung menepiskan kematian. Banyak dongeng tentang batu
bertuah yang dapat membuat orang awet muda atau hidup abadi. Di dunia
modern, aneka produk anti penuaan juga menjamur. Kita diiming-imingi
ilusi untuk menikmati kehidupan ini selama mungkin dan dalam kondisi
tubuh sebugar mungkin. Firman Tuhan, sebaliknya, sangat realistis.

Pengkhotbah mendorong kaum muda untuk menikmati kemudaannya, tetapi
sekaligus menyodorkan fakta akan kematian kepada mereka. Kematian bisa
menjemput kapan saja. Tanpa memandang umur kita. Tanpa memandang kondisi
tubuh kita. Tanpa kita duga-duga.

Pengkhotbah pun menawarkan resep hidup yang jitu: "Ingatlah akan
Penciptamu." Ingatlah bahwa hidup ini hanya "barang pinjaman".
Perlakukanlah secara bijaksana. Dan, karena kita tidak pernah tahu kapan
masa pinjam itu habis, perlakukanlah setiap hari seolah-olah itu hari
yang terakhir. Bagaimana kiranya kita akan menjalani hari terakhir kita?

BAYANG-BAYANG KEMATIAN JUSTRU DAPAT MENYADARKAN KITA

AKAN BETAPA BERHARGANYA KEHIDUPAN INI

Penulis: Arie Saptaji

Tidak ada komentar: